Author Archives: ekapurwa

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tutor Sebaya

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif  Teknik Tutor Sebaya Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS)  Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar  Web Design Siswa Kelas XMM1 SMK Negeri 1 Mas Ubud Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012 

Oleh
Eka Handayani, NIM 0815051073
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan aktivitas belajar Web Design siswa kelas XMM1 SMK Negeri 1 Mas Ubud melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tutor sebaya berbantuan LKS, (2) Meningkatkan hasil belajar Web Design siswa kelas XMM1 SMK Negeri 1 Mas Ubud melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tutor sebaya berbantuan LKS, (3) Mendeskripsikan respon siswa kelas XMM1 SMK Negeri 1 Mas Ubud terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tutor sebaya berbantuan LKS.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan dua siklus dengan subyek yang diberi tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XMM1 SMK Negeri 1 Mas Ubud semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 orang siswa. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Web Design. Data mengenai aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan metode observasi. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui LKS. Data untuk respon siswa dikumpulkan melalui pemberian angket setelah berakhirnya siklus II. Data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tutor sebaya barbantuan LKS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu dari rata-rata aktivitas belajar Web Design siswa 71,25 dengan kategori aktif pada siklus I menjadi 83,92 dengan kategori sangat aktif dan rata-rata hasil belajar Web Design siswa 78,96 dengan ketuntasan klasikal 77,50% pada siklus I menjadi 84,08 dengan ketuntasan klasikal 92,50% pada siklus II. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif teknik tutor sebaya berbantuan LKS adalah termasuk dalam kategori positif dengan rata-rata skor 58,43. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknit tutor sebaya berbantuan LKS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Web Design siswa kelas XMM1 SMK Negeri 1 Mas Ubud.

Kata kunci : kooperatif teknik tutor sebaya berbantuan LKS, hasil belajar, aktivitas belajar, respon siswa


MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, keadaan fisik ruangan, dan pada sistem sosial kelas. Untuk mengatasi berbagai masalah-masalah dalam melaksanakan pembelajaran, tentunya diperlukan model-model mengajar yang dianggap mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan kesulitan belajar siswa. Model dapat dipakai sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan perangkat model pembelajaran, sehingga dalam melaksankan pembelajaran tidak lagi terfokus kepada suatu model pembelajaran, melainkan tercipta berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan diterapkan di dalam kelas. Model pembelajaran yang dirancang sebaiknya melibatkan siswa dalam belajar sehingga benar-benar terjadi “student centered”.
Dalam pembelajaran modern sekarang ini yang lebih dipentingkan adalah bagaimana mengaktifkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran secara mandiri, yaitu melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada penemuan (discovery) dan pencarian (inquiry). Hal ini dilakukan karena kegiatan pembelajaran melalui pendekatan ini memiliki banyak dampak positif bagi siswa.
Oleh karena itu kami mengangkat makalah yang berjudul “Model Pembelajaran Inquery Training”

1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat kami ajukan sesuai dengan latar belakang di atas adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran inquery training?
1.2.2 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran inquery training?
1.2.3 Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran inquery training?
1.2.4 Bagaimana pengimplementasian model pembelajaran inquery training dalam pelajaran TIK ?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui lebih jauh mengenai model pembelajaran inquery training.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah model pembelajaran inquery training.
1.3.3 Untuk mengetahui sisi positif yaitu keunggulan pembelajaran inquery training serta kelemahannya.
1.3.4 Untuk mentahui pengimplementasian model pembelajarn inquery training pada pelajaran TIK.

1.4 MANFAAT
Berdasarkan tujuan diatas maka manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.4.1 Bagi masyarakat
Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi awal untuk menambah wawasan masyarakat khusunya guru/pihak pengajar terhadap model pembelajaran inquery training.
1.4.2 Bagi penulis
Pembuatan makalah ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan penulis dalam menyusun sebuah makalah serta memahami model pembelajaran inquery training.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inquiry Training
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Adapun dasar teori mendukung model pembelajaran ini yaitu :
1. Secara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala sesuatu yang menarik perhatiannya
2. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala sesuatu tersebut dan akan belajar untuk menganalisis strategi berpikirnya tersebut
3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan dengan strategi lama yang telah dimiliki siswa
4. Penelitian kooperatif (cooperative inquiry) dapat memperkaya kemampuan berpikir dan membantu siswa belajar tentang suatu ilmu yang senantiasa bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi altenatif.
Inkuiri adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Model pembelajaran inquiry training dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan meringkaskan proses ilmiah itu ke dalam waktu yang relatif singkat. Pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dengan baik.
Pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources.
1. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
2. Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
3. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
4. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
5. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
Awalnya model pembelajaran ini digunakan untuk mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan alam, akan tetapi dapat pula digunakan untuk semua mata pelajaran. Model ini sangat penting untuk mengembangkan nilai dan sikap yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu berpikir ilmiah, seperti
1. Keterampilan melakukan pengamatan,pengumpulan dan pengorganisasian data termasuk merumuskan dan menguji hipotesis serta menjelaskan fenomena.
2. Kemandirian belajar
3. Keterampilan mengekspresikan secara verbal,
4. Kemampuan berpikir logis, dan
5. Kesadaran bahwa ilmu bersifat dinamis dan tentatif.

2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Inquery Training
Pembelajaran model inquiry training memiliki lima langkah pokok yaitu :
1. Menghadapkan masalah : menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan
2. Menemukan masalah : memeriksa hakikat objek dan kondisi yang dihadapi, memeriksa tampilnya masalah
3. Mengkaji data dan eksperimentasi : mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis
4. Mengorganisasikan, merumuskan, dan menjelaskan
5. Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif
Dalam model inquiry training terdapat tiga prinsip yaitu pengetahuan yang bersifat tentatif, manusia memiliki sifat ingin tahu yang alamiah, dan manusia mengembangkan indivualitas secara mandiri. Prinsip pertama menghendaki proses penelitian secara berkelanjutan, prinsip kedua mengindikasikan pentingkan siswa melakukan eksplorasi, dan yang ketiga akan bermuara pada pengenalan jati diri dan sikap ilmiah (kemandirian).
Prinsip-prinsip yang dikembangkan adalah pengajuan pertanyaan yang jelas dan lugas, menyediakan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki pertanyaan, menunjukkan butir-butir yang kurang sahih, menyediakan bimbingan tentang teori yang digunakan, menyediakan suasana kebebasan intelektual, menyediakan dorongan dan dukungan atas interaksi, hasil eksplorasi, formulasi, dan generalisasi siswa. Penerapan pembelajaran model ini memerlukan materi yang mampu membangkitkan proses intelektual dan yang menantang siswa untuk melakukan penelitian.
Tujuan umum dari model inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan ketrampilan intelektual dan ketrampilan-ketrampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan mencari jawaban yang berasal dari keinginan mereka. Dengan model pembelajarn inkuiri training akan membawa pikiran siswa untuk melakukan eksperiman dan mengumpulkan data. Dengan demikian berarti siswa telah terpancing untuk mengeluarkan ide-ide ketika guru mengajukan suatu masalah.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inquery Training
Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan inquery training memiliki dampak positif bahwa pencarian (inquiry) mengandung makna sebagai berikut:
1. Dapat membangkitkan potensi intelektual siswa karena seseorang hanya dapat belajar dan mengembangkan pikirannya jika ia menggunakan potensi intelektuainya untuk berpikir.
2. Peserta didik yang semula memperoleh extrinsic reward dalam keberhasilan belajar (seperti mendapat nilai baik dari pengajar), dalam pendekatan inkuiri ini dapat memperoleh intrinsic reward. Diyakini bahwa jika seorang peserta didik berhasil mengadakan kegiatan mencari sendiri (mengadakan penelitian), maka ia akan memperoleh kepuasan untuk dirinya sendiri.
3. Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari penemuan (discovery), artinya bahwa cara untuk mempelajari teknik penemuan ialah dengan jalan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan penelitian sendiri.
4. Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta didik.
Sedangkan kelemahan dari metode ini meliputi :
1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar
3. Kadang kadang dalam implementasimnya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

2.4 Implementasi Model Pembelajaran Inquery Training pada Pelajaran TIK
Salah satu cara menerapkan model pembelajaran inquiry training ialah dengan penerapan pelajaran TIK berbasis portofolio. Portofolio berasal dari bahasa Inggris “Portfolio”yang artinya dokumen atau surat-surat. Pengertian portofolio disini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut paduan-paduan yang ditentukan. Biasanya portofolio merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dalam model pembelajaran ini setiap portofolio berisi karya terpilih dari satu kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif memilih, membahas, mencari data, mengolah, menganalisa, dan mencari pemecahan terhadap suatu masalah yang dikaji.
Misalnya dalam pembelajaran TIK seorang guru menjukan sebuah foto yang sudah diedit dengan sebuah aplikasi. Kemudian siswa ditugaskan mencari tahu aplikasi/program apa saja yang bisa digunakan untuk mengedit foto. Secara otomatis siswa akan mencari tahu tentang aplikasi-aplikasi tersebut. Setelah itu siswa ditugaskan untuk mencoba salah satu program tersebut serta membuat laporan mengenai aplikasi yang mereka pilih. Laporan yang siswa buat dalam bentuk portofolio. Dalam pembuatan porofolio siswa menjalani tahap memilih program yang mereka ingin tahu, mengolah data yang dipeoleh dari internet atau buku-buku, mengolah data dalam pembuatan sebuah foto yang diedit hingga menjadi suatu produk yang diharapkan, serta menganalisa hasil temuan mereka. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar sehingga memiliki kemampuan mengorganisir informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaanya/tugas-tugasnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian pada Bab II, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
3.1.1 Model pembelajaran inquiry training dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan meringkaskan proses ilmiah itu ke dalam waktu yang relatif singkat. Pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dengan baik.
3.1.2 Pembelajaran model inquiry training memiliki lima langkah pokok yaitu menghadapkan masalah, menemukan masalah, mengkaji data dan eksperimentasi, merumuskan serta menganalisis.

3.2 Saran-Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan terhadap masalah di atas adalah :
3.2.1 Untuk menjadi guru yang inovatif dan kreatif diharapkan dapat mengaktifkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran secara mandiri baik secara penemuan (discovery) dan pencarian (inquiry).
3.2.2 Dalam pembelajaran TIK diharapakan penggunaan model pembelajaran inquiry training lebih ditekankan guna membantu siswa mengembangkan ketrampilan intelektual dan ketrampilan-ketrampilan lainnya.


Model Pembelajaran Kuantum beserta Penerapannya di Bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Sebagai calon-calon Guru yang nantinya akan menjalankan tugasnya dalam dunia pendidikan, tidak saja diperlukan kompetensi yang luas, namun diperlukan juga strategi-strategi yang harus dikuasai oleh calon-calon Guru nantinya, dalam menghadapi proses belajar mengajar di kelas nantinya dengan peserta didik. Strategi belajar mengajar yang harus dikuasai oleh calon-calon guru tersebut mencakup seperti Media Pembelajaran, bagaimana seorang guru nantinya memanfaatkan media-media yang ada dalam proses pembelajaran, selanjutnya ada Pendekatan Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Keterampilan Mengajar, dan yang terakhir ada yang namanya Model Pembelajaran.

Dalam makalah yang kami susun ini, kami akan mengajak pembaca sekalian untuk mengetahu tentang Model Pembelajaran, khususnya mengenai Model Pembelajaran Kuantum atau yang sering disebut “Quantum Teaching”. Maka dari itu judul yang makalah yang kami susun ini adalah “Model Pembelajaran Kuantum beserta Penerapannya di Bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi”.

 

1.2       Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, dapat kami simpulkan beberapa rumusan masalah, antara lain :

1.2.1    Bagaimana Konsep/Pengertian dari Pembelajaran Kuantum tersebut?

1.2.2    Bagaimana Langkah-Langkah Secara Umum dari Pembelajaran Kuantum tersebut?

1.2.3    Bagaimana penerapan Pembelajaran Kuantum dalam Mata Pelajaran Teknologi, Informasi, dan Komunikasi?

1.3       Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:

1.3.1    Mengetahui Konsep dari Pembelajaran Kuantum, sehingga nantinya bisa digunakan dalam prose belajar mengajar.

1.3.2    Mengetahui langkah-langkah secara umum yang harus dilakukan dalam Pembelajaran Kuantum tersebut.

1.3.3    Mengetahui bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kuantum dalam Mata Pelajaran Teknologi, Informasi dan Komunikasi.

 

1.4       Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:

1.4.1    Mahasiswa sebagai calon guru nantinya mengetahui bagaimana konsep daripada Model Pembelajaran Kuantum tersebut, sehingga nantinya bisa diterapkan.

1.4.2    Mahasiswa sebagai calon guru mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Pembelajaran Kuantum.

1.4.3    Mahasiswa sebagai calon guru mampu menerapkan Model Pembelajaran Kuantum dalam Bidang Ilmu, khususnya Mata Pelajaran Teknologi, Informasi dan Komunikasi”.


 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1     Konsep  Pembelajaran Quantum

Quantum teaching pertama kali dikembangkan oleh  Bobbi De Porter. Mulai dipraktekkan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran Quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Pembelajaran kuantum adalah pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga kemampuan, bakat, dan potensi siswa dapat berkembang, yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah. Pada proses pembelajaran kuantum terjadi penyelarasan dan pemberdayaan komunitas belajar, sehingga guru dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran sama- sama merasa senang dan saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang maksimal.

Adapun tujuan dari Pembelajaran Quantum adalah Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menciptakan proses belajar yang menyenangkan,  menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak, untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir dan untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran. Pembelajaran Quantum berpangkal pada psikologi kognitif, dan bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai, pembelajaran kuantum juga bersifat humanistis dan lebih konstruktivistis.

 

2.2       Langkah-Langkah Secara Umum

    Langkah- langkah dalam penerapan metode pembelajaran kuantum diurutkan menjadi : (1) Pengkondisian awal, (2) Penyusunan rancangan pembelajaran, (3) Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum, dan (4) Evaluasi.

1. Pengkondisian awal

Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa mengenai model pembelajaran kuantum yang menuntut keterlibatan aktif siswa. Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan dilaksanakannya proses pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkondisian awal meliputi: penumbuhan rasa percaya diri siswa, motivasi diri, menjalin hubungan, dan ketrampilan belajar.

2. Penyususnan rancangan pembelajaran

Tahap ini sama artinya dengan dengan tahap persiapan dalam pembelajaran biasa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyiapan alat dan pendukung lainnya, penentuan kegiatan selama proses belajar mengajar, dan penyusunan evaluasi.

3. Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum

Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran kuantum. Kegiatan dalam tahap ini meliputi: (1) penumbuhan minat, (2) pemberian pengalaman umum, (3) penamaan atau penyajian materi, (4) demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan oleh siswa, (5) pengulangan yang dilakukan oleh siswa, (6) perayaan atas usaha siswa.

(1). Penumbuhan minat

Penumbuhan minat siswa untuk belajar dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu mengkondisikan suasana kelas lebih rileks tetapi serius. Pengaturan tempat duduk juga dilakukan dengan tidak monoton setiap pertemuan. Kondisi ini diharapkan dapat menciptakan suasana yang tidak membosankan dalam pembelajaran. Penyampaian materi juga diberikan dengan berbagai ilustrasi gambar yang menarik seperti menempelkan gambar percobaan ciri-ciri koloid, efek Tyndall, gerak Brown yang dipasang di papan tulis. Selain materi teori, siswa diajak untuk melakukan praktikum di laboratorium kimia dasar.

(2). Pemberian pengalaman umum

Pada langkah ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan dipelajari, selain itu guru memberikan tugas mandiri kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan harapan siswa telah mempunyai pengalaman sebelum mengikuti pelajaran.

(3). Penamaan atau penyajian materi

Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari setelah siswa menceritakan pengalaman yang telah didapat, sehingga dalam penamaan siswa telah memiliki bekal, untuk menghindari kebosanan dan untuk menggali kemampuan siswa, dalam penyajian materi guru menggunakan metode ceramah bermakna dan guru hanya sebagai fasilitator

(4). Demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan oleh siswa

Demonstrasi dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan tentang pengalaman yang telah diperoleh siswa, baik kepada teman kelompoknya maupun kepada seluruh siswa.

(5). Pengulangan yang dilakukan oleh siswa

Pengulangan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh guru, caranya dengan bercerita kepada teman kelompoknya, maupun kepada seluruh siswa.

(6). Perayaan atas usaha siswa

Perayaan merupakan salah satu bentuk motivasi yang dilakukan oleh guru dengan memberikan pujian kepada siswa yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawab pertanyaan dan tidak secara langsung menyalahkan jawaban siswa yang kurang tepat, selain itu perayaan dilakukan dengan melakukan tepuk tangan bersama-sama ketika jam pelajaran berakhir. Kondisi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar.

4. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan produk untuk melihat keefektifan model pembelajaran yang digunakan. Langkah- langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah bermakna dan dilaksanakan dengan tahap- tahap berikut ini :

1. Guru mengecek pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan pada pokok bahasan kimia koloid.

2. Guru menerangkan dan menyampaikan materi pelajaran di depan kelas dengan metode ceramah, di sini siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru dan mencatat hal-hal yang penting di buku tulis.

3. Guru memberikan contoh soal dan mengadakan tanya jawab pada siswa tentang materi.

4. Guru memberikan latihan soal atau memberi pekerjaan rumah.

5. Guru dan siswa secara bersama- sama membahas hasil pekerjaan siswa dan mengambil kesimpulan.

6. Guru mengadakan evaluasi.

Langkah- langkah pembelajaran tersebut diatas dilakukan pada setiap pertemuan dengan materi yang sesuai dengan rencana pembelajaran.

 

2.3       Penerapan  Model Pembelajaran Kuantum dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

Model Pembelajaran Kuantum sangat cocok diterapkan pada mata pelajaran Teknologi, Informasi dan Komunikasi dimana pelajaran TIK yang sebagian besar adalah praktikum, tahapan-tahapan model pembelajaran Kuantum pada mata pelajaran TIK misalnya pada pada mareri “Membuat Presestasi dengan Menggunakan Microsoft Office Power Point 2007” adalah sebagai berikut:

  • Penumbuhan Minat

Dalam tahap ini, Guru berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar peserta didiknya, agar nantinya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dari diri siswa sehingga mampu meningkatkan minat belajar dari peserta didik tersebut. Misalnya, pada materi Pengenalan Microsoft Powerpoint, seorang Guru dapat memperlihatkan contoh penggunaan Powerpoint tersebut, misalnya animasi gambar yang bergerak, sehingga peserta didik akan berpikir bagaimana cara membuat animasi tersebut sehingga bisa terlihat seperti hidup. Berawal dari pemikiran peserta didik tersebut, maka peserta didik nantinya akan berusaha untuk mencari lebih jauh dari sumber mana saja, secara tidak langsung berarti bahwa peserta didik tersebut

  • Pemberian pengalaman umum,

Pada langkah ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalaman yang telah siswa alami terkait dengan Power Poin, apakan ada siswa yang sebelum materi ini diajarkan dia sudah mengenal Power Point atau sudah pernah membuat presestasi dengan Power Point sehingga ada motivasi dari siswa yang pernah mengenal atau yang pernah menggunakan Power Point untuk lebih mengembangkan pengalamannya juga bagi yang sama sekali belum pernah mengenal Power Point menjadi lebih tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya. Selain itu guru memberikan tugas mandiri kepada siswa untuk membuat presentasi menggunakan Power Point dengan harapan siswa telah mempunyai pengalaman sebelum mengikuti pelajaran.

  • Penamaan atau penyajian materi,

Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi Power Point lebih lengkap dan jelas setelah siswa menceritakan pengalaman yang telah didapatkan, sehingga penanaman siswa tentang materi tersebut lebih lengkap, tidak hanya sebatas pengalaman dengan praktek, tapi juga secara konsep. Dengan harapan penguasaan materi dari siswa lebih maksimal dan menghindari dari kebosanan dari siswa dalam menerima pelajaran.

  • Demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan oleh siswa,

Demonstrasi dilakukan dengan memeberi kesempatan untuk siswa mempresentasikan hasil kerja pembuatan media presentasi menggunakan Power Point kepada guru serta temannya. Ini diharapkan percaya diri dari siswa itu meningkat apalagi setelah menujukan hasil karya yang dibuatnya, juga dapat menjadikan siswa tersebut lebih penasaran ingin mempelajari Power Poin lebih dalam.

  • Pengulangan yang dilakukan oleh siswa,

Pengulangan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh guru, caranya dengan bercerita kepada teman kelompoknya, maupun kepada seluruh siswa. Dengan demikian siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar dapat dihindari, karena setelah guru memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah diberikan dengan penjelasan dan atau dengan mempraktekan langsung.

  • Perayaan/penghargaan atas usaha siswa

Perayaan merupakan bentuk penghargaan dan motivasi yang diberikan kepada siswa dalam bentuk pujian setelah mendemonstrasikan hasil presentasi menggunakan Power Point yang dibuat oleh siswa  atau saat menjawab pertanyaan dari guru. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih membuat media presentasi.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1       KESIMPULAN

            3.1.1    Model Pembelajaran Kuantum adalah pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga kemampuan, bakat, dan potensi siswa dapat berkembang, yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah.

3.1.2    Langkah-langkah umum yang harus dilakukan Guru dalam menggunakan model pembelajaran Kuantum meliputi Pengkondisian awal, Penyusunan rancangan pembelajaran, Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum, dan Evaluasi.

3.1.3    Model Pembelajaran Kuantum sangat cocok diterapkan dalam mata pelajaran Teknologi, Informasi dan Komunikasi.

3.2       SARAN

                                    Saran dari kelompok kami adalah agar semua Calon Guru nantinya bisa mengerti dan mampu menerapkan Konsep Pembelajaran Kuantum yang baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku terutama untuk pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi, Informasi dan Komunikasi.

           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Wiratmoyo, Wahyu. 2005. Pengruh Keaktifan Siswa Pada Metode Pembelajaran Kuantum Terhadap Prestasi Belajar Kimia Dasar I Kelas X Pokok Bahasan Kimia Koloid Di SMK KIMIA INDUSTRI THERESIANA SEMARANG TAHUN AJARAN 2004/2005. Iniversitas Negeri Semarang. Semarang

 

 

 


Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can alway preview any post or edit you before you share it to the world.